Alhamdulillah

Alhamdulillah

Pages

Rabu, 29 September 2010

Paket A-Z Perawatan Harian Yamaha Mio

Sejak diluncurkan pada 2003, Yamaha Mio sukses memegang pasar matik nasional dengan peredaran melebihi 700ribu. Awalnya diprediksi jadi ikon motor perempuan, namun disuka pula tak kurang dari 50 persen kaum laki-laki. Kemudahan operasional, dimensi kecil serta bentuk yang up to date jadi kunci sukses matic 113,7 cc ini. Terlepas dari itu semua, beragam tips harian bisa dilakoni dewe loh. Simak yuk A-Z tips hariannya :  

1. Perpanjangan Umur Pakai V-BELT :Sejatinya V-Belt kudu rutin diganti setiap pemakaian 15 ribu km, namun nggak jarang sebelum angka tersebut, V-Belt terpaksa diganti karena udah terkikis atau melar yang banyak disebabkan oleh kelalaian perawatan. Alangkah lebih bijak jika kamu rutin membersihkan filter penyaring debu di cover CVT. Hanya dengan pembersihan bensin, kotoran debu yang sering mengakibatkan V-Belt selip bisa dihilangkan dengan cepat.  

2. Cek Kandungan Oil-Air Box Filter Karbu : Setiap box filter karbu Mio selalu dilengkapi detektor air dan oli. Lewat detektor berbahan karet transparan ini, kamu bisa melakukan pengecekan apakah box filter Karbu Mio kamu dipenuhi oli ataupun air. Jika jawabannya ya, segera bongkar dan bersihkan box filter karbu.  Biaya & Lama Pengerjaan :Rp. 5 Ribu & 15 menit Perlengkapan :Bensin, Kunci Sok Ukuran 8  

3. Rutin Ganti Oli Transmisi CVT : Di dalam CVT terdapat pula susunan gigi transmisi. Agar awet dan berfungsi dengan baik, kamu kudu rutin melakukan penggantian setiap jarak tempuh 10 ribu km. Ternyata olinya nggak harus oli khusus CVT kok, pake aja oli SAE 40 yang juga digunakan sebagai oli pelumas mesin. hanya sebanyak 100cc.  Biaya | Lama Pengerjaan : Rp. 5-10 Ribu | 45 menit Perlengkapan : Bensin, Oli, Oben (+) dan Kunci Pas 10  

4. Rutin Cek Aki Hindari Korosi : Aki punya peranan dominan buat mendukung kelistrikan, terutama penyalaan mesin dengan bantuan starter elektrik. Sering-seringlah memeriksa kondisi aki. mulai dari ketinggian air hingga kondisi baut +/- nya. Jika lengah, kutub2 dipenuhi kerak pengundang koros. Jika terlanjur bersihkan kerak dengan airpanas secara rutin.  Biaya | Lama Pengerjaan : Rp. 5 Ribu | 10 menit Perlengkapan : Obeng (+) dan (-), air panas, dan kuas  

5. Perluas Lubang Irigasi Bagasi : Bagasi Mio dilengkapi dua buah lubang kecil di pojok-pojoknya. Lubang ini adalah lubang irigasi yang fungsinya untuk saluran pembuangan air yang terjebak di bagasi. Agar lebih maksimal, perluas lubang ini dengan bor ukuran baut 12.  Biaya | Lama Pengerjaan : - | 5 menit Perlengkapan : Bor Listrik  

6. Gampang Setel Karbu : Posisi karburator Mio ngumpet dalam bodi, tepatnya dibawah bagasi yang dikelilingi side body dan under seat kover. Nah cara praktis untuk perbesar/perkecil putaran RPM lewat karbu, cukup buka jok lalu buka penutup karet panjang di dasar bagasinya. Setel karbu lewat lubang itu dengan modal obeng doang.  Biaya | Lama Pengerjaan : - | 5 menit Perlengkapan : Obeng (+)  

7. Jaga Kedap Air Cop Busi :Posisi Busi Mio termasuk sulit dijangkau, selain itu juga posisinya tepat dibelakang lubang anginunder seat kover. Otomatis rentan terkena air dari lubang tersebut. Itu sebabnya cop busi dibuat kedap air dengan dilengkapi bibir karet. Agar lebih oke, jangan ganti ini dengan sembarang cop, selain itu untuk menjaga kekedapannya, gunakan bantuan sealer yang dioles mengelilingi bibir cop busi. Biaya | Lama Pengerjaan : 10 Ribu | 10 menit Perlengkapan : Lem Sealer, Obeng (+)  

8. Selamatkan Nomer Mesin : Nomer Mesin Mio terdapat di dinding atas blok CVT, namun sayang posisinya tepat di tepi dinding ban. Otomatis area ini sering ditempa kotoran aik air maupun debu. Agar nggak gampang rusak terjangkit korosi, segera amankan dengan pelapisan pernis  Biaya | Lama Pengerjaan : 15-25Ribu | 5 menit Perlengkapan : Cat semprot clear, pen brush atau spray gun, pernis  

9. Rawat Kover Plastik Hitam : Orsi-nya, kover Mio nggak seluruhnya menggunakan plastik berlapis cat. Beberapa diantaranya menggunakan bahan plastik berwarna hitam seperti back deck kover, foot board hingga under seat kover. Yang jadi masalah bagian ini susah dibersihkan apalagi keseringan tergores. Tips ampuh murah meriah untuk membersihkan sekaligus menghitamkan permukaannya kembali adalah dengan bantuan semir sepatu. Biaya | Lama Pengerjaan : 5-10 Ribu | 30 menit Perlengkapan : Semir sepatu hitam, sikat semir sepatu,lap pembersih  

10. Usir Berisik Cakram : Terkadang cakram Mio mengeluarkan bunyi srek-srek yang diikuti seretnya putaran roda. ini diakibatkan geseran piringan cakram dengan kampas rem. Orsinya separuh bagian kampas rem disisi piston kaliper diganjal plat. Ganjalan separuh ini menyebabkan miringnya keping kampas rem akibat luasan dorongan yang ngga merata dari piston kaliper, lama-lama ketebalan kampas akan berbeda dan seterusnya kemiringan keping kampas akan menggeser piringan hingga mengeluarkan bunyi srek-srek.  TIPS : Menangkalnya cukup sederhana kok, yang paling gampang dengan melepas plat pengganjalnya agar permukaan keping plat-nya rata. Tapi kamu kudu nyetel ulang kalipernya agar tarikan tuas rem-nya nggak terlalu dalam. Jika ngga pengen repot, penuhi aja pengganjalnya dengan bantuan tambahan plat tipis yang direkatkan lem besi. (sumber Tabloid OTOTREND)

Jumat, 24 September 2010

Ciri-Ciri Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
  1. mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
  2. menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
  3. mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
  4. bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
  5. menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
  6. kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
  7. memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
  8. tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dikembangkan oleh seseorang (positif ataupun negatif) akan sangat menentukan bagaimana ia dapat menerima kondisi yang sedang terjadi atas dirinya, sekaligus bagaimana ia bersikap ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan dalam kehidupannya.

Membangun Konsep Diri yang Positif

Pakde, sebutlah begitu namanya, adalah kandidat doktor yang dikenal sebagai seorang dosen dan pejabat struktural yang cukup otoriter. Akhir-akhir ini, menjelang pengukuhannya sebagai doktor, Pakde menjadi sangat sensitif dan mudah naik pitam bila menguji skripsi mahasiswa.
Hal ini biasanya terjadi karena terdapat perbedaan pendapat dengan dosen penguji yang lain. Di luar sidang (skripsi) ia sempat mengatakan, “Dari dulu saya selalu harus kalah, sekarang saya nggak mau ngalah lagi.” Menyedihkan sekali, persoalan ilmiah harus diselesaikan dengan sikap “pokoknya harus menang!”
Sementara di tempat yang lain, Ani (14 tahun), siswi kelas 1 SLTP, cukup membuat guru BP (bimbingan dan penyuluhan) kewalahan. Bukan karena bandel, melainkan karena prestasi belajarnya yang sangat rendah (dua kali tidak naik kelas) dan sangat menutup diri terhadap teman maupun guru.
Dua kasus di atas tampak bertentangan, yang satu agresif, yang lain sangat pasif dan depresif. Meski demikian, sebenarnya persoalan utamanya sama, yaitu konsep diri (self-concept) yang negatif.
Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya. Secara lengkap konsep diri dapat diartikan sebagai perasaan, persepsi, dan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri.

Aspek apakah yang dievaluasi? Antara lain adalah diri fisik (persepsi mengenai penampilan diri, kesehatan, dan keadaan tubuh), diri moral-etik (persepsi mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan dalam hidup beragama, nilai-nilai moral yang dipegang), diri personal (sejauh mana seseorang merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat), diri keluarga (sejauh mana seseorang merasa telah menjalankan peran dan fungsi yang tepat sebagai anggota keluarga), dan diri sosial (penilaian terhadap diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar).
Evaluasi terhadap aspek-aspek diri tersebut terbentuk dari pengalaman seseorang dalam interaksi dengan orang lain sepanjang perjalanan hidupnya. Bagaimana respon atau umpan balik apa yang diperoleh dari orang-orang terdekat (significant others) dan lingkungan sosialnya, sangat menentukan bagaimana gambaran seseorang terhadap dirinya.

Orang-orang terdekat (terutama orang tua) dan lingkungan sosial yang memberikan umpan balik atau respon-respon yang positif (dukungan, pujian, penerimaan, hadiah) akan menyokong perkembangan konsep diri yang positif. Sebaliknya umpan balik atau respon-respon yang negatif (penolakan, kecaman, hinaan, hukuman), akan menyokong perkembangan konsep diri yang negatif.
Positif dan Negatif
Apabila seseorang mengenali dirinya dengan baik dan dapat memahami (menerima) sejumlah fakta yang bervariasi mengenai dirinya (kelebihan, kekurangan, dapat menerima diri apa adanya), berarti ia memiliki konsep diri yang positif.
Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan mudah pula menerima orang lain. Selain itu, ia akan merancang tujuan-tujuannya secara realistis (sehingga lebih mungkin berhasil), lebih berani dan spontan dalam bertindak, memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat. Baginya, hidup itu menyenangkan.
Sebaliknya ,bila pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur, tak merasa sebagai pribadi yang stabil dan utuh, tidak mengetahui hakikat dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya, atau di sisi lain justru terlalu stabil dan terlalu kaku (membangun citra diri yang kaku, tidak boleh menyimpang), berarti ia memiliki konsep diri yang negatif.

Orang yang memiliki konsep diri negatif selalu merasa bahwa apa yang ia peroleh kurang berharga dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain. Mereka memiliki ciri-ciri: peka terhadap kritik, senang terhadap pujian tapi pura-pura menghindarinya, hiperkritis terhadap orang lain, merasa tidak disenangi sehingga sulit membina hubungan dengan orang lain, dan bersikap pesimis.
Solusi Kasus
Seperti telah disebutkan di atas, konsep diri merupakan hasil pengalaman seseorang dalam interaksi sosial. Di sisi lain, berdasarkan karakteristik konsep diri positif dan negatif dapat pula dilihat bahwa konsep diri sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pada kasus Ani yang sangat tertutup, psikolog yang menangani menemukan bahwa ia memiliki konsep diri yang sangat negatif. Ketika psikolog tersebut mengajaknya untuk menggali sisi-sisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, Ani dengan sangat mudah menuliskan sisi-sisi negatif dirinya. Sebaliknya, ia sama sekali tidak mampu melihat sisi positif atau kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.
Meski demikian, setelah melalui dua kali konseling dengan fokus mengenali sisi-sisi positif yang dimiliki, menyentuh aspek spiritual (cinta Tuhan), dan petunjuk-petunjuk praktis untuk mengembangkan keterampilan sosial, akhirnya Ani berhasil mengembangkan keterampilan sosialnya. Guru BP memberikan pernyataan puas dengan perkembangan yang tampak pada Ani.
Dalam kasus Pakde, seorang rekan kerjanya yang cukup mengenal pribadinya tahu persis bahwa tindakan norak Pakde dalam ujian skripsi mahasiswa tersebut adalah karena konsep diri yang negatif. Ia termasuk orang yang kaku.
Dengan latar belakang bidang studi berbeda dengan yang ditekuni sekarang, ia merasa tidak cakap. Namun, ia tak mau diremehkan kolega yang notabene adalah anak buahnya.

Dengan pengalaman “disalahkan” oleh anak buah pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, Pakde merasa gerah. Sebagai atasan, apalagi sudah menjelang jadi doktor, ia merasa bahwa seharusnya dirinyalah yang “menyalahkan”.
Untunglah ada seorang “korban” yang arif bijaksana. Rekan Pakde itu, meski gagasannya benar namun diserang habis-habisan di depan mahasiswa, tetap bersikap sabar sampai berhasil meyakinkan Pakde bahwa pendapatnya benar. Akhirnya Pakde merasa malu, dan lebih mengendalikan diri dalam kesempatan-kesempatan berikutnya.
Perubahan Pakde ini terjadi karena rekan tersebut di samping menyodorkan fakta (literatur) yang dapat diandalkan, sekaligus menanamkan keyakinan-keyakinan kepada Pakde bahwa bagaimanapun Pakde bukan orang yang layak diremehkan (juga dengan fakta).

Gambaran terakhir mengenai rekan yang arif bijaksana tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang stabil. Ia tidak terpengaruh dengan perlakuan kasar Pakde. Ia tetap memandang dirinya OK, tidak merasa jatuh harga dirinya; dan di matanya Pakde pun tetap OK meski telah membuat kesalahan.
Rekan tersebut betul-betul telah mengenali dirinya sendiri, mampu menghargai dirinya sendiri, dan mampu pula menghargai orang lain. Dan dengan demikian ia bahkan bisa menolong orang lain.
Real Self dan Ideal Self
Carl Rogers, seorang tokoh psikologi humanistik, menjabarkan bahwa dalam perkembangannya seseorang membangun dua jenis self, yaitu real self (seperti apa kepribadianku dan bagaimana orang lain memandangku saat ini) dan ideal self (diriku yang aku inginkan; konsep tentang diri sendiri yang ideal). Perkembangan kepribadian terjadi bila individu merasakan ketidaksesuaian (kesenjangan) antara real self dengan ideal self.
Ada kemungkinan seseorang dapat mengakui dan menerima adanya kesenjangan antara real self dengan ideal self. Namun, dapat juga terjadi bahwa kesenjangan tersebut tidak diakui.

Orang yang dapat mengakui dan menerima kesenjangan antara real self dengan ideal self adalah individu yang matang. Hanya saja, bila yang terjadi adalah pengingkaran, hal tersebut mengarah pada terjadinya penyimpangan perilaku.
Nah, mari kita lakukan seruan “Gnote Seauton” (kenalilah diri sendiri), dan terima apa adanya! Karena hanya dengan bisa menerima, interaksi dengan orang lain menjadi lebih produktif dan kepribadian dapat berkembang optimal.

Ditulis Oleh : Ali Hisyam, S.Sos.I

Rabu, 22 September 2010

THE SECRET TO SUCCESS (2)



Sambungan : The Secret to Success (1) Oleh : Boy Hadi Kurniawan
  • Semangat
Setelah memiliki sikap komitmen, maka sikap berikutnya yang harus kita latih dan munculkan dalam diri adalah semangat. Semangat akan membuat pekerjaan kita menjadi lebih cepat, lebih produktif dan lebih berkualitas. Semangat adalah energy terbesar dalam diri kita yang akan mampu membangkitkan potensi terpendam yang ada dalam diri.
Menurut bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, semangat memiliki beberapa pengertian diantaranya : pertama, semangat adalah roh kehidupan yang menjiwai segala makhluk. Artinya semangat adalah yang membuat makhluk itu menjadi hidup dan bergerak.
Kedua semangat adalah kekuatan (kegembiraan, gairah) bathin atau suasana batin. Artinya semangat adalah kekuatan yang muncul dari jiwa dan bathin manusia yang menimbulkan gairah dan kegembiraan dalam berbuat dan bekerja, sehingga ketika bersemangat maka pekerjaan yang kita lakukan menjadi terasa ringan dan mudah untuk dikerjakan. Inilah yang akan membuat energy mental kita menjadi kuat sehingga tidak mudah menyerah dan loyo menghadapi tantangan.
Ketiga semangat adalah nafsu (kemauan dan gairah) untuk bekerja dan berjuang. Artinya semangat lah adalah nafsu yang positif untuk menggerakkan manusia untuk bekerja dan berjuang dalam menggapai cita-cita hidupnya. Semangat yang mendorong seseorang memiliki kemauan kuat sehingga tidak bisa dihentikan langkahnya menuju tujuannya. Semangat juga yang membuat seseorang bertindak dengan antusias dan mampu menebarkan energy positif bagi lingkungan sekitarnya.
Lalu bagaimana cara kita agar semangat dalam bekerja? Pertama, penulis meyakini dan mengamalkan prinsip bahwa kalau kita ingin semangat maka caranya dengan bertindak dengan semangat, atau seakan kita memang semangat.
Kedua miliki hal-hal berupa informasi dan pengetahuan yang menjadi pemicu semangat yaitu kata-kata yang dapat menjadi pemicu semangat, pengalaman atau kisah hidup orang lain yang dapat menimbulkan semangat kita karena perjuangan dan pengorbanan mereka untuk meraih cita-citanya, pelatihan/seminar yang membakar semangat, buku-buku yang menjadi pemicu semangat. Terutama ayat-ayat Allah atau hadist Rasulullah yang dapat menjadi pemicu semangat kita untuk bergerak dan bertindak seperti “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama dengan kita (QS At Taubah : 40). Atau Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau bukan mereka yang mengubahnya (QS Ar Ra’du : 7). Atau Janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya orang yang berputus asa dari rahmat Allah adalah kaum kafir (QS Yusuf : 87). Hadist Rasulullah juga memotivasi kita untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih berkualitas dari hari kehari. Beliau berkata “Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang hari ininya lebih jelek dari hari kemarin adalah orang yang celaka. Barangsiapa yang hari ininya lebih baik dari hari kemarin itulah orang yang beruntung. Pada hadist lain beliau juga melarang kita mengeluh dan mengumpat. Beliau berkata Sesungguhnya aku melarang 2 ucapan yang bodoh lagi tercela : keluhan ketika mendapatkan nikmat dan umpatan tatkala mendapatkan musibah.
Ketiga, bergaullah dan bertemanlah dengan orang-orang yang semangat, yang akan memancarkan dan menularkan semangatnya kepada kita. Jauhkan diri dari teman yang akan mematahkan semangat , para tukang kritik, tukang cela dan tukang pesimis yang akan memadamkan api semangat dalam jiwa anda. Jauhkan pula diri dari berteman dengan orang yang hidup tanpa semangat, loyo, mudah letih, mudah mengeluh, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Kita tidak bisa menafikkan bahwa emosi itu menular. Kita juga tidak bisa memungkiri bahwa semangat itu juga dipengaruhi oleh factor luar diri kita yaitu lingkungan kita, oleh karena itu jagalah lingkungan
Keempat, menjaga enegi fisik kita agar tidak mudah lelah dan loyo. Seringkali kita kehilangan dan kurang semangat karena fisik kita yang kelelahan bukan karena kemauan kita yang kurang. Kekuatan dan kesehatan fisik sangat mempengaruhi kinerja kita, walaupun fisik bukan segala-galanya dan bukan menjadi alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Tapi jika tubuh kita lelah, kurang istirahat, kurang gerak atau olahraga membuat produktivitas kerja kita terhambat. Stamina kerja menjadi menurun. Bersama fisik yang sehat kita dapat bekerja 10 jam sehari misalnya. Tapi dengan fisik yang lemah kita hanya mampu bekerja 5 jam sehari saja atau separonya. Kalau dipaksakan kita bisa istirahat total karena sakit.
Menjaga energy fisik bisa kita lakukan dengan makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, tidak begadang malam, tidak memakan makanan dan minuman yang membahayakan dan merusak kesehatan seperti minuman beralkohol atau narkotika ataupun kebiasaan merokok harus mulai kita tinggalkan karena kerugiannya lebih banyak dari manfaatnya. Tindakan yang tidak kalah pentingnya dalam menjaga kebugaran stamina fisik adalah berolahraga dengan teratur sesuai dengan tingkat umur. Olahraga dapat merangsang tubuh dan otak kita bekerja optimal. Mulai dari olahraga ringan tapi banyak manfaatnya seperti berjalan kaki, jogging, senam aerobic, ataupun olahraga pernafasan. Olah raga yang agak berat dan bersifat permainan yang menyenangkan seperti bulutangkis, sepakbola, golf ataupun fitness dan binaraga. Semua olahraga ini terbukti secara ilmiah dapat mencegah datangnya penyakit dalam tubuh kita, merangsang vitalitas tubuh dan membangkitkan energy tubuh agar dapat bekerja optimal.
  • Efisien dan Efektif
Bersikap efisien berarti berusaha untuk tidak menghabiskan waktu, tenaga dan materi dalam bekerja. Bersikap efiesien berarti berupaya untuk lebih hemat, dan lebih cepat dalam bekerja, tanpa membuang-buang tenaga dan sumber daya.
Sikap efisien ini sangat penting untuk kita miliki agar waktu yang kita miliki tidak terbuang percuma. Seorang Ulama besar dan pembaharu Islam yaitu Imam Hasan Al Banna pernah mengatakan sesungguhnya waktu yang kita miliki lebih sedikit dibandingkan kewajiban yang mesti kita kerjakan. Ungkapan ini menggambarkan betapa waktu kita sangat sempit untuk berbuat dan bekerja, sehingga kita harus bekerja dengan efisien.
Orang yang tidak efisien dalam bekerja akan cendrung menghabiskan sumber daya dan melakukan pemborosan dan kemubaziran. Pekerja yang tidak efisien dalam bekerja akan merugikan perusahaan atau instansi tempat dia bekerja. Orang yang tidak efisien dalam bekerja jelas akan merugikan dirinya sendiri.
Tapi bersikap efisien tidak sama dengan bersikap pelit dan kikir. Pelit dan kikir adalah sikap negative yang perlu kita hindarkan. Pelit dan kikir tidak mau member dan berbagi dengan orang lain. Sedangkan sikap efisien berarti berusaha untuk menghemat waktu, tenaga dan sumber daya dalam mencapai tujuan yang ingin kita capai.
Bersikap efektif harus disandingkan dengan efisien, karena jika hanya efisien tanpa efektif maka hasil kerja kita bisa tidak berkualitas dan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Bersikap efektif berarti bersikap tepat dalam artian tepat guna, tepat sasaran dan tepat waktu (disiplin). Bersikap dan bertindak efektif berarti bertindak yang memberikan pengaruh dan efek yang tepat bagi pekerjaan kita.
Untuk mencapai cita-cita kita maka sikap efisien dan efektf harus kita miliki agar kesuksesan yang ingin kita raih bisa lebih cepat dan lebih tepat untuk kita raih.
  • Sinergi.
Kita tidak bisa hidup sendiri didunia ini, kita membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa sukses sendiri, maka kita harus juga mensukseskan orang lain.
Kita harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, pemikiran yang berbeda dan tentu saja sikap yang berbeda. Setiap manusia juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kalau kita sadari sesungguhnya perbedaan itu penting agar manusia saling bisa bekerjasama untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing.
Bersinergi berarti bekerjasama dan sama-sama bekerja. Bersinergi berarti kita saling bantu membantu dan saling melengkapi satu sama lain.
Ketika kita ingin meraih sukses sejati maka kita harus mau saling membantu dan bekerjasama dengan yang lain, sehingga kita dapat membahagiakan diri kita dan membahagiakan orang lain. Kebahagiaan sejati itu akan kita rasakan ketika kita mampu membahagiakan sesame. Salam Sukses sejati!

THE SECRET TO SUCCESS (1)

Oleh : Boy Hadi Kurniawan
Konsep Success adalah konsep rahasia untuk membangun motivasi dan kesuksesan. Konsep itu diringkas dari SUCCESS itu sendiri yaitu Self Learning, Unstoppable, Creative, Cooperative, Empathy, Self Controll, and Sustainable. Penjelasannya sebagai berikut :
  • Self Learning
Sukses harus diawali oleh self learning yaitu kemauan yang tinggi untuk belajar tentang kesuksesan itu. Serta kemauan untuk mempelajari bidang dan profesi yang kita geluti seumur hidup kita.
Belajar sangat penting bagi kita. Tanpa belajar kita akan tertinggal bahkan dilanda kebodohan. Potensi yang diberikan Allah kepada kita seharusnya membuat kita menjadi manusia terbaik. Namun karena lemahnya keinginan dan kemauan kita untuk belajar, menyebabkan potensi dan kehebatan kita itu tidak tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
  • Unstoppable
Orang sukses adalah orang yang bersikap Unstoppable atau tidak berhenti atau tidak bisa dihentikan sampai kesuksesan itu berhasil diraih walau apapun resiko, kesulitan, kegagalan dan tantangan yang dihadapinya.
Unstoppable berarti memiliki semangat untuk terus bergerak dan pantang menyerah sampai keberhasilan diraihnya.
  • Creative
Untuk meraih kesuksesan diperlukan pemikiran yang kreatif yaitu pemikiran yang selalu mencari cara baru, alternative baru, rencana baru, ataupun strategi baru yang lebih baik efisien dan efektif untuk mencapai kesuksesan dan tujuan itu.
Orang yang kreatif adalah orang yang siap berubah dan berkembang menjadi lebih baik. Mereka mau belajar dari orang lain dan membuka diri untuk masukan, saran dan perbaikan yang konstruktif.
  • Cooperative
Sikap cooperative atau mau bekerjasama sangat diperlukan untuk meraih kesuksesan. Kita tidak bisa sendiri dalam mencapai tujuan hidup kita. Kita pasti membutuhkan bantuan dan kerjasama dari orang lain. Sikap kooperatif adalah sikap yang siap untuk bekerjasama, saling membantu, membangun team yang solid dengan orang lain.
Sikap kooperatif berkembang dari pribadi yang toleran dan mau menerima orang lain sebagaimana dia adanya. Selain itu diiringi oleh kemampuan menyesuaikan diri, berempati dan peduli kepada orang lain.
  • Empathy
Empati adalah kepedulian, perhatian, kasih sayang, pertolongan, dan merasakan orang lain. Empati adalah ciri kecerdasan emosional. Empati adalah kunci sukses hubungan antar manusia. Orang yang berempati akan mendapatkan empati dan hati orang lain.
Semua kejahatan kemanusiaan berawal dari ketiadaan empati. Daniel Goleman dalam Emotional Intelligence mengatakan bahwa para penjahat, pembunuh, pemerkosa, pencuri dan sebagainya adalah mereka yang kehilangan empati pada korbannya. Tidak ada perasaan peduli, kasihan dan pertemanan yang sejati. Mereka yang kehilangan empati bisa bersikap sangat kejam kepada orang lain.
Pada sisi lain ketika anda bersikap empati, peduli dan merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain. Maka anda dapat membangun hubungan emosional yang baik. Timbullah kepahaman, kesesuaian dan sinergi dengan mereka.
Ketika anda peduli pada orang lain maka mereka akan peduli pada anda. Ketika anda membantu mereka, maka mereka akan membantu anda, ketika anda mendengarkan mereka, maka mereka akan mendengarkan anda. Maka sikap anda adalah refleksi dari sikap orang lain kepada anda.
  • Self Controll
Untuk meraih kesuksesan maka kemampuan mengendalikan diri sangatlah penting. Kemampuan untuk mengendalikan emosi, mengendalikan pikiran, mengendalikan keinginan, mengendalikan perasaan, mengendalikan panca indra dan mengendalikan tubuh agar tidak terjatuh pada kondisi yang negative dan merusak.
  • Sustainable
Sukses itu adalah perjalanan bukan tujuan kata para ahli. Artinya untuk meraih sukses itu yang menjadi penting adalah proses yang kita tempuh. Bisa jadi hasilnya belum kita terima sesuai yang kita inginkan. Namun jika kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti kita sudah sukses. ketika kita sudah menempuh jalan yang benar, maka sebenarnya kita sudah sukses. maka cepat atau lambat hasil yang kita inginkan juga akan tercapai jika proses dan jalan yang kita tempuh sudah benar.

    Rahasia sukses berikutnya dari kata disingkat dari kata SUKSES yaitu sungguh-sungguh, ulet, komitmen, semangat, efisien dan sinergis, yaitu :
    • Sungguh-sungguh
    Untuk meraih cita-cita dan tujuan hidup kita maka kita memerlukan kesungguhan. Sikap sungguh-sungguh berarti kita sepenuh hati dan bersedia mengeluarkan segenap kemampuan serta potensi kita untuk melakukan hal yang seharusnya kita lakukan ataupun menghadapi tantangan dan kesulitan hidup.
    Sikap sungguh-sungguh berarti kita secara all out dan serius dalam belajar dan bekerja untuk menggapai kesuksesan kita. Kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang sungguh-sungguh dalam bekerja maka hasil kerjanya akan berkualitas dan memuaskan sehingga pekerjaan dan karya mereka disukai oleh orang lain.
    Dalam agama kita juga disuruh untuk mujahadah atau bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mengendalikan diri. Tanpa kesungguhan maka ibadah kita akan kosong dari nuasa ruhiyah dan tidak akan berkesinambungan. Padahal Allah swt lebih mencintai amal yang sedikit tapi berkesinambungan daripada amal yang banyak dalam satu waktu tapi setelah itu berhenti seketika.
    • Ulet
    Bersikap ulet berarti kita tangguh dan gigih dalam bekerja, berusaha dan belajar. Orang yang ulet dalam bekerja walau menghadapi kesulitan dan kegagalan mereka terus memiliki fighting spirit (jiwa pejuang) dalam dirinya sehingga dia tidak mundur dan menyerah begitu saja.
    Kita melihat para atlit-atlit yang menjadi juara dan sukses adalah mereka yang ulet dalam menghadapi lawannya serta ulet dalam berlatih.
    Menurut kamus besar bahasa Indonesia ulet berarti liat, kuat, tidak mudah putus. Atau berusaha terus dengan giat, tanpa putus asa dank eras kemauan serta menggunakan kecakapannya untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan keuletan adalah ketahanan dan kekerasan hati, kecakapan dan ketahanan berjuang.
    Berdasarkan pengertian ini kita melihat bahwa orang yang ulet akan sulit untuk dikalahkan dan ditaklukan, karena mereka memiliki ketahanan hati dan daya juang yang tinggi. mereka tidak mudah patah dalam menghadapi tekanan. Mereka tidak mudah mundur dalam menghadapi serangan. Serta mereka tidak mudah lari dari medan pertempuran.
    Orang yang ulet akan berjuang dengan sekuat tenaganya untuk memenangkan pertempuran tersebut. Sehingga kita melihat dalam sejarah bahwa orang yang menang bukanlah orang yang banyak senjatanya, hartanya ataupun perlengkapannya, tapi mereka yang ulet dalam berjuang.
    Sebagai contoh ketika Perang Badar Rasulullah saw dan para shahabatnya hanya memiliki 300 orang pasukan. Sementera kaum quraisy memiliki 1200 orang pasukan atau 4 kali lipat pasukan Rasulullah saw. Namun karena keyakinan dan keuletan mereka dalam bertempur akhirnya tercatat dalam sejarah kaum quraisy akhirnya ditaklukan dan dikalahkan oleh pasukan umat islam yang dipimpin Rasulullah saw. Jadi keuletan adalah rahasia pemenang.
    Sejarah pengusaha-pengusaha sukses yang berhasil merintis bisnis dan usahanya dari nol juga sejarah yang menceritakan tentang keuletan dan ketangguhan mereka dalam menghadapi pasang surutnya usaha. Mereka tidak mudah menyerah menghadapi kesulitan, tiadanya modal usaha, penolakan orang lain, cercaan, sinisme, ataupun pesimisme yang diungkapkan orang lain yang meragukan kemampuan mereka. Namun keuletan mereka membuktikan bahwa keberuntungan diraih walaupun awalnya serba kekurangan dan kesulitan.
    • Komitmen
    Untuk meraih sukses kita perlu memiliki sikap komitmen. Betapa banyak rencana sukses yang bagus dan ide yang bagus, namun ketika kita tidak komitmen untuk menjalaninya maka semua rencana itu tidak akan berhasil.
    Komitmen berarti memiliki keteguhan dan konsistensi untuk tetap berjalan di jalan yang seharusnya kita tempuh, tidak bersikap menyimpang atau mundur kebelakang.
    Komitmen berarti tetap teguh memegang kebenaran, tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu dan berpaling dari jalan dan tujuan yang sudah ditetapkan diawal. Tanpa komitmen maka cita-cita dan tujuan kita tidak akan tercapai, karena di tengah perjalanan pasti kita akan menemui rintangan yang menyulitkan ataupun godaan yang menyenangkan, tapi kalu kita mundur menghadapi rintangan atau maju menghadapi godaan, maka perbuatan itu akan semakin menjauhkan kita dari pulau impian kita. Seperti kapal yang ingin menuju daratan tapi karena godaan sebauh pulai kecil yang terlihat indah lalu dia berbelok arah kepulau itu, ternyata di pulau itu terdapat karang yang dapat menghancurkan kapal tersebut, sehingga dia tidak pernah sampai ketujuannya.
    Orang-orang yang sukses, dan berprestasi dalam hidup ini adalah mereka yang komitmen dalam mencapai tujuannya. Mereka gigih dan ngotot untuk terus berjalan dan berjalan, walaupun banyak duri yang menghadang. Mereka tidak mau berpaling walaupun banyak jalan yang kelihatannya menyenangkan sesaat tapi berujung pada jurang yang menjatuhkan. Agar tidak tersesat maka sikap komitmen adalah jalan utama menuju sukses hidup kita.

    Bersambung ke : The Secret to Success (2)

    Bertindaklah, Anda akan semangat

     Jangan tunggu bersemangat baru bertindak, bertindaklah maka anda akan bersemangat

    Kadang dalam perjuangan menggapai tujuan hidup dan cita-cita, kita dihinggapi rasa jenuh dan keletihan. Kadang kita merasa fisik dan batin kita begitu lemah untuk memulai lagi langkah yang sudah kita canangkan. Kadang kita merasa letih terjebak dalam rutinitas harian kita. Semangat kita terasa tidak cukup kuat untuk memulai kerja lagi. Ditambah lagi dengan persoalan-persoalan hidup harian yang kita rasakan. Rencana yang belum berhasil, keluarga yang sakit, kendaraan yang rusak, dan permasalahan lainnya. Menambah daftar penghambat kita untuk kembali melangkah melanjutkan perjalanan menuju tujuan kita.

    Tapi disinilah letak ujiannya. Semangat memang tidak selalu ada. Tubuh memang kadangkala merasa letih. Itu manusiawi saja sifatnya. Masalah hidup memang selalu ada. Tidak ada hidup tanpa ada masalah yang harus kita atasi dan hadapi. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapinya.
    Oleh karena itu ada beberapa kiat untuk mengatasi kejenuhan, keletihan dan kehilangan elan vital untuk kembali melangkah menuju impian kita :
    1. Pertama, kembali bayangkan dan visualisasikan impian dan cita-cita anda tersebut. Bayangkan kebahagiaan, kenikmatan dan keindahan yang anda dapatkan ketika impian anda tercapai. Bayangkan dengan kuat, bahwa anda ingin menuju kesana, sehingga itu member energy kalau anda tidak bertindak hari ini maka semua bayangan kesuksesan itu hanya tinggal bayangan semata. Namun jika anda terus bekerja, bekerja, bertindak dan bertindak maka anda pasti insya Allah akan sampai kesana. Inilah The Power of Dream!
    2. Kedua, saat ini filosofi, jangan tunggu semangat baru bekerja, bekerjalah maka anda akan semangat, akan sangat berguna untuk anda terapkan. Walaupun berat untuk memulai, tapi paksakan diri untuk memulai dan bertindak. Saat anda sudah memulai, akan terasa ringan sesudahnya, karena memang memulai itu yang berat. Ibarat batu penghalang jalan, kalau anda tidak pernah menyingkirkannya, maka jalan anda akan terus dihambatnya. Tapi kalau anda mau sedikit berkorban. Anda berhenti sejenak, kemudian mengerahkan tenaga untuk mengangkat dan menyingkirkan batu itu dari hadapan anda, maka setelah itu perjalanan anda akan kembali mulus menuju tujuan anda. Inilah The Power of Action!
    3. Ketiga, visualisasikan dan bayangkan kesulitan dan penderitaan yang anda dapatkan ketika impian dan cita-cita anda tidak jua tercapai akibat anda memperturutkan kelemahan semangat dan rendahnya tekad dalam diri anda untuk bertindak. Bagaimana anda akan membahagiakan orang-orang yang anda cintai kalau anda belum juga berhasil menggapai cita-cita anda?.
    4. Keempat, hadapilah masalah kehidupan ini dengan senyuman dan kesabaran. Anggaplah semua masalah hidup adalah pernak pernik yang akan menghiasi dada dan jiwa anda agar semakin indah. Jadikan masalah itu sebagai penempa diri dan pemacu semangat. Kaitkan masalah hidup yang anda alami dengan impian anda. Masalah ini muncul karena impian belum juga sampai ke puncaknya. Yakinlah masalah itu akan mendewasakan kita dan menguatkan hati kita untuk melangkah. Menempa hati dan jiwa kita berkali-kali sehingga dia semakin solid dan kuat. Jadi, hadapilah dengan senyuman, karena Allah swt telah berjanji dibalik kesulitan pasti akan ada kemudahan. Dibalik kesulitan selalu ada hikmah. 
    5. Kelima, sadarilah bahwa masalah hidup yang anda alami itu adalah akibat dari kelalaian dan kesalahan yang anda perbuat di hari yang lalu. Oleh karena itu bertanggung jawablah. Jangan banyak mengeluh, jangan putus asa, dan jangan menyalahkan siapapun. Bertanggung jawablah terhadap diri anda. Jadilah orang yang dewasa dan berjiwa besar, menerima kenyataan dan mau mengintrospeksi dan memperbaiki diri bahwa semua masalah terjadi karena sebuah sebab dan sebab itu mungkin karena kelalaian kita. Inilah The Power of Awareness and Responsibility
    6. Keenam, kembangkan kreativitas anda. Lakukan hal-hal yang memicu semangat, jangan biarkan diri anda terjebak pada rutinitas yang membosankan. Dobraklah kebekuan rutinitas. Rubahlah dan warnai hari-hari anda dengan tindakan baru, ide baru, tantangan baru. Milikilah harapan. Maka itulah yang akan membuat hidup anda terasa lebih hidup. Tapi jika anda membiarkan diri anda terjebak rutinitas dan tidak mau melakukan perubahan maka anda akan terjebak pada kejenuhan dan rasa lelah. Inilah The Power of Creativity
    7. Ketujuh, ingatlah diri anda, nasib anda, keadaan anda tidak akan berubah sebelum anda yang akan merubahnya. Kalau anda masih tetap melakukan hal yang sama setiap hari, maka anda tetap mendapatkan hasil yang sama juga setiap hari. Tapi jika anda mengubah hal yang anda lakukan setiap hari maka hasil yang anda dapatkan juga akan berubah. Maka rubahlah hal-hal yang selama ini anda lakukan. Cobalah evaluasi diri. Evaluasi tindakan anda. Apakah efektif atau tidak? Evaluasi penggunaan waktu anda. Apakah waktu anda sudah dioptimalkan atau masih banyak yang terbuang percuma. Lalu dari evaluasi itu lakukan perubahan dan perbaikan terhadap tindakan dan kebiasaan harian anda. Maka yakinlah hasil yang anda dapatkan akan berubah. Inilah The Power of Change
    8. Kedelapan, hisaplah, dan hiruplah energy kehidupan dari ibadah-ibadah dan penyembahan yang anda lakukan kepada Allah swt. Rasakanlah dan hayatilah bahwa ibadah yang anda lakukan akan menyegarkan jiwa dan hati anda. Ibadah itu akan merefresh situasi jiwa anda kalau anda melakukannya dengan khusuk dan keikhlasan. Rasakan shalat subuh anda dipagi hari akan member kesegaran pada anda. Rasakan doa-doa dan zikir akan menenangkan kalbu anda, dan member semangat baru kepada anda. Inilah The Power of Spirituality and Prayer!
    9. Kesembilan, fisik anda juga memiliki kebutuhan. Kebutuhannya adalah istirahat dan nutrisi yang cukup. Maka jika anda lelah tidurlah. Tapi jangan tidur siap subuh. Tidur sianglah atau Tidurlah lebih cepat dari biasanya. Jangan biasakan tidur lebih dari jam 11 malam, karena besok paginya akan membuat tubuh anda letih. Dan pemulihan dan penyegaran tubuh anda tidak akan sempurna. Karena menurut ilmu kesehatan waktu jam 11 malam, adalah bagi hati kita untuk meregenerasi dan membuang racun-racun dari tubuh kita. Jadi kalau kita sering tidur diatas jam 11 malam maka wajar fisik kita mudah terasa letih dan capek karena banyak racun yang menumpuk dalam tubuh kita.
    10. Kesepuluh, jangan bebani diri dan pikiran anda dengan kerja-kerja yang berat walaupun anda bisa melakukannya. Lakukan hal-hal sederhana yang bisa anda lakukan. Mulai kerja dari yang mudah-mudah dulu. Ketika anda berhasil melakukan hal yang mudah, maka ini akan menambah kepercayaan dan semangat anda untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat lagi. John C Maxwell mengatakan kita tidak akan mampu melakukan hal-hal besar sebelum mampu melakukan hal-hal kecil dengan benar.
    11. Kesebelas, lakukan relaksasi dengan mendengarkan music, membaca buku-buku humor atau sesekali menonton tayangan humor di tv (asalkan bukan humor yang jorok), karena tertawa itu mengaktifkan endorphin alami dalam otak kita yang memberikan rasa senang dan ketenangan. Tapi jangan tertawa terus, nanti dikira gila he,he. Music dapat menjadi energizer dan mengaktifkan otak kanan kita yang kreatif dan intuitif. Bisa juga dengan pergi jalan-jalan keluar rumah dengan keluarga atau teman anda, memakan makanan kesukaan anda atau melakukan olahraga favorit anda. Atau bisa juga dengan berselancar di internet misalnya bukalah facebook anda, sapalah teman-teman anda atau perbarui status anda. He,he maunya begitu. Tapi ingat jangan sampai waktu relaksasinya lebih lama dari waktu bekerjanya. Kalau begitu nanti kerja kita berubah menjadi relaksasi. Maka bisa dipastikan perjalanan anda menuju tujuan akan semakin relaks alias semakin lambat. Pepatah mengatakan ‘istirahat akan terasa nikmat, kalau kita sudah bekerja’. Tapi kalau kita tidak bekerja atau istirahat terus, maka justru istirahat akan menjadi penyakit bagi kita.
    Oke, inilah beberapa tips dan kiat untuk mengatasi kejenuhan dan menurunnya semangat kerja kita, yang penulis telah mencobanya sendiri. Bagi yang saat ini merasa jenuh dan lemah semangat, semoga bermanfaat bagi kita semua. ......See You at The Top!!

    Oleh : Boy Hadi Kurniawan

    Selasa, 21 September 2010

    SATE PADANG


    Bahan :

    1/2 kg daging sapi potong kecil sesuai selera
    1/2 kg campuran jeroan sapi
    1 lidah sapi, potong kecil sesuai selera
    1 batang serai di memarkan
    2 cm jahe memarkan
    2 cm lengkuas memarkan
    1 lembar daun kunyit
    4 lembar daun jeruk
    500 ml air
    50 gram tepung beras, di larutkan dengan sedikit air

    Bumbu :

    4 cabai merah kering
    5 siung bawang merah
    5 siung bawang putih
    2 sdt ketumbar, sangrai
    1 sdt jintan bubuk, sangrai
    5 cm kunyit
    1 sdt garam
    1/2 sdt merica bubuk
    1/2 sdt gula pasir

    Pelangkap :

    Ketupat atau lontong
    Bawang goreng

    Cara Membuat :
    1. Campur bumbu yang sudah dihaluskan, dengan daging dan lidah sapi, diamkan selama 30 menit.
    2. Masak daging / lidah dan bumbu yang sudah dicampur beserta serai, jahe, lengkuas, daunkunyit dan daun jeruk hingga matang, angkat daging dan kentalkan kuah dengan larutan tepung beras sampai mengental, angkat.
    3. Siapkan tusuk sate. Tusuk daging yang sudah dipotong dan panggang di atas bara api sampai matang dan wangi, angkat.
    4. Masukkan ketupat atau lontong dan sate, tuangkan kuahnya, taburi dengan bawang goreng.
    5. Siap di hidangkan.

    Minggu, 19 September 2010

    Sang Pejuang (1)

    Terpatri dalam ingatanku sampai kini
    Tiga tahun lima bulan delapan hari lalu
    Engkau pergi tuk tinggalkan kami selamannya
    Papanda sosok yang teramat kami cintai
    Tuk memenuhi panggilan Sang Illahi Robbi

    Kami lepas kepergianmu dengan berat hati
    Kami masih dambakan kehadianmu..Papa
    Engkaulah tempat kami berbagi suka
    Dan juga adakalanya untuk berbagi duka
    Namun kepergianmu atas kehendak Illahi
    Memenuhi satu janji yang telah lama terpatri
    Kami paksakan diri untuk ikhlaskan semua ini
    Alhamdulillah…. kami semua ikhlas Papa

    Kami iringi kepergianmu dengan doa ikhlas
    Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik
    disisi Allah Yang Maha Kasih dan Sayang
    Yang akan selalu melimpahkannya padamu

    Tergerak hati..... kurangkai kata
    Tuk mengingat semua jasamu

    Tuk mengingat semua perjuanganmu
    Tuk mengingat kasih sayangmu
    Semua itu untuk Ibu tercinta
    Semua itu untuk anak-anakmu tersayang
    Tuk semua menantu beserta cucu terkasih 
    Engkau Sang Pejuang bagi kami semua

    Papa..... kami upayakan mengirim doa
    Semoga engkau bahagia di Alam Sana.....

    Padang, 20 Sep 2010
    Oleh : Malano Inbesto

    KU COBA MERANGKAI KATA

    Menulis satu hal yang teramat sulit
    Kucoba dan kucoba merangkai kata
    Kupaksa dan kupaksakan selalu gagal
    Begitu sulitnya merangkai kata
    Sulit ohhh.. sulitnya. Ternyata memang sulit

    Kepada siapa aku kan bertanya
    Adakah seseorang yang ingin berbagi
    Berbagi ilmu merangkai kata kata
    Padahal begitu banyaknya kosa kata tersedia
    Ku bertanya kepada tuan pintar alias Mr Google

    Kucoba ikuti petunjuknya yang sederhana
    Kucari objek tuk rangkai kata
    Ha ha ha... aku tertawa...
    Ku mulai merangkai kata demi kata
    Kucari kata nan penuh arti dan makna
    Ternyata tidak semudah yang ku duga

    Wahhhh... Alhamdulillah kata teruntai
    Apakah tulisan ku ini dikatakan  PUISI... ???
    Ntahlah..... ku hanya coba merangkai kata..
    Ku coba dan terus kucoba....
    Walaupun usia ku mendekati senja…..
    Sang mentari telah melampaui ubun-ubun ku..

    Semoga Allah beri aku segalanya...
    Aku kan buat apa yang aku bisa
    Diantaranya menuang rasa dalam kata-kata....

    Pdg, 20 Sept 2010
    Malano Inbesto

    Kamis, 16 September 2010

    Sabar Itu Indah

    Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah pernah mengatakan bahwa di surga hanya ada dua kelompok manusia; manusia yang bersyukur dan manusia yang bersabar.
     
    Orang-orang sukses, dunia dan akhirat, salah satu kuncinya oleh kesabaran. Lihatlah betapa sabarnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan  para sahabatnya dalam mendakwahkan Islam di Jazirah Arab. Walau tantangan, ancaman, pengusiran, bahkan percobaan pembunuhan sudah berkali-kali dirasakannya ketika tiga belas tahun dakwah di Mekkah, akhirnya Allah Ta’ala menangkan dakwah Islam karena buah kesabaran Beliau dan para sahabatnya. 

    Sabar memang berat. Oleh karena itu, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah memasukkan sabar dalam menuntut ilmu, sabar dalam  menghafalkan ilmu, dan sabar dalam menyampaikan ilmu adalah  termasuk  jihad fisabilillah. Maka, dari sini kita bisa mengetahui bahwa sabar bukanlah kelemahan, justru sabar adalah kekuatan, sabar bukan kelesuan tetapi dia adalah gairah hidup, sabar bukan kecengengan tetapi dia adalah ketegaran, sabar bukanlah pesimis tetapi dia adalah optimis, dan sabar bukanlah  diam membisu tetapi dia adalah pantang menyerah.  Dan, orang sabar bukan  sekedar yang tidak menangis ketika mendapatkan  musibah, bukan pula sekedar tidak mengeluh ketika tertimpa kesulitan, sebab itu barulah tahapan awal kesabaran.
    Allah Ta’ala berfirman:
    `Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran (3): 146)

    Dibalik Sabar Ada Kemenangan
     Ini adalah janji Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang bersabar. Dan, janjiNya adalah benar. Namun jangan lupa, sabar juga bukan kekuatan tanpa perhitungan, sabar bukan ketegaran tanpa tujuan, sabar bukan pesimis tanpa arahan, sabar bukanlah gerak pantang menyerah namun tanpa pemikiran yang matang. Tidak demikian. Tetapi sabar adalah berpadunya kekuatan dan perhitungan, ketegaran dan tujuan, optimis dan arahan, gerak pantang menyerah dan pemikiran matang, maka tunggulah kemenangan yang Allah Ta’ala janjikan.
    Perhatikan  firman Allah Ta’ala berikut:
    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَفْقَهُونَ (65) الآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (66) }

    Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfal (8): 65-66)
    Maka, Maha Benar Allah ketika berfirman:
    وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
     Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (QS. Al Baqarah (2): 45)
                    Ya, orang sabar akan menjadi pemenang, bagaimana mungkin mereka kalah padahal Allah Ta’ala bersama mereka? Innallaha ma’ash shaabiriin (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar) …..

    ( oleh: Farid Nu'man hasan )

    Syukur Itu Manis


    Manusia yang di dadanya dipenuhi rasa syukur adalah manusia kaya sebenarnya. Hatinya lapang dan  jiwanya bersih dari  angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya memikirkan apa-apa yang dimiliki orang lain, tetapi dia sibuk dengan berbagai nikmat yang  Allah Ta’ala yang tak terhingga yang dia  dapatkan dariNya. Sehingga lahirlah jiwa yang kaya, dan   jiwa yang kaya  itulah kaya yang hakiki.

    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya :
    “Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sebenarnya adalah yang kaya   jiwanya.” (HR. Bukhari No. 6081, Muslim No. 1051, At Tirmidzi No. 2373, Ibnu Majah No. 1386, Ibnu Hibban No. 679, Ahmad No. 7316, Abu Ya’la No. 3079, 6583, Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya No.320)

    Jiwa yang kaya itulah raja sebenarnya, seorang raja tidak lagi membutuhkan apa-apa yang ada pada orang lain, begitu pula hamba Allah Ta’ala yang pandai bersyukur, dia merasa cukup dan puas, sehingga mata dan wajahnya tidak pernah menoleh kepada apa yang bukan hak dan miliknya.
    ( oleh: Farid Nu'man hasan )

    Selasa, 14 September 2010

    8 Etos Kerja Profesional (Jansen Sinamo)


     Jansen Sinamo, Sang Bapak Etos sekaligus Penulis 8 ETOS KERJA PROFESIONAL: navigator Anda menuju sukses, mengatakan dalam buku barunya tersebut bahwa manusia itu pada dasarnya adalah pencari kesuksesan.  Arti sukses itu sendiri dipandang relatif oleh sebagian masyarakat dari segi pencapaiannya, namun ada satu hal yang tetap dilihat sama oleh masyarakat dari zaman apapun yakni cara untuk mencapai kesuksesan dengan 8 etos kerja berikut ini:
    Kerja adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Syukur.
    Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan, oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut:
    • Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat.
    • Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita  bisa tumbuh dan berkembang.
    • Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja.
    • Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas.

    Kerja adalah Amanah: Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab.
    Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan menumbuhkankehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan.

    Kerja adalah Panggilan: Bekerja Tuntas Penuh Integritas.
    Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi yang kita jalani untukmenjawab panggilan kita sebagai akuntan, hakim, dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh.

    Kerja adalah Aktualisasi: Bekerja Keras Penuh Semangat.
    Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:
    • Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras.
    • Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita.
    • Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita. 
    Kerja adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan.
    Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika semua didasari dengan rasa cinta. Jadi ingat, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan.  
    Kerja adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas.
    Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya, tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni.

    Kerja adalah Kehormatan: Bekerja Tekun Penuh Keunggulan.
    Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan keinginan kita untuk bekerja lebih tekun.

    Kerja adalah Pelayanan: Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati.
    Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain.

    Kamis, 09 September 2010

    Mohon Maaf Lahir Bathin

    Segenap Team FORTUNER BARBERSHOP mengucapkan Selamat Hari Raya Lebaran.
     Idul Fitri 1 Syawal 1431 H
    Taqabbalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin.
    Semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah swt.

    Hukum Sholat Jumat pada Hari Raya (Idul Fitri/Adha)

    Assalaamu’alaikum wr wb
    Bertepatan dengan idul fitri yang bertepatan dengan hari jumat, maka saya menemukan satu tulisan yang menarik dan bagus tentang hukum melaksanakan shalat jumat yang bertepatan dengan hari raya idul fitri atau idul adha. Ini adalah tulisan KH M Shiddiq al-Jawi. Sengaja saya copy-paste di blog ini, agar manfaatnya bisa tersebar luas. Selamat membaca dan mendapatkan tambahan ilmu.
    Salam,: Malano

     Oleh KH M Shiddiq al-Jawi

    1. Pendahuluan
    Seperti kita ketahui, terkadang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha jatuh pada hari Jumat. Misalnya saja yang terjadi pada tahun ini (2010), Idul Fitri 1 Syawal 1431 H akan jatuh pada hari Jumat 10 September 2010 Di sinilah mungkin di antara kita ada yang bertanya, apakah sholat Jumat masih diwajibkan pada hari raya? Apakah kalau seseorang sudah sholat Ied berarti boleh tidak sholat Jumat? Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan melakukan penelusuran pendapat ulama, dalil-dalilnya, dan pentarjihan (mengambil yang terkuat) dari dalil-dalil tersebut.
    Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat Jumat yang jatuh bertepatan dengan hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Dalam kitab Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah karya Imam Ad Dimasyqi, disebutkan bahwa :
    “Apabila hari raya bertepatan dengan hari Jumat, maka menurut pendapat Imam Asy Syafi’i yang shahih, bahwa shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kampung yang mengerjakan shalat Jumat. Adapun bagi orang yang datang dari kampung lain, gugur Jumatnya. Demikian menurut pendapat Imam Asy Syafi’i yang shahih. Maka jika mereka telah shalat hari raya, boleh bagi mereka terus pulang, tanpa mengikuti shalat Jumat. Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, bagi penduduk kampung wajib shalat Jumat. Menurut Imam Ahmad, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun orang yang ditempati shalat Jumat. Kewajiban shalat Jumat gugur sebab mengerjakan shalat hari raya. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Menurut ‘Atha`, zhuhur dan Jumat gugur bersama-sama pada hari itu. Maka tidak ada shalat sesudah shalat hari raya selain shalat Ashar.”
    Ad Dimasyqi tidak menampilkan pendapat Imam Malik. Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid menyatakan pendapat Imam Malik sama dengan pendapat Imam Abu Hanifah. Disebutkannya bahwa,“Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat,”Jika berkumpul hari raya dan Jumat, maka mukallaf dituntut untuk melaksanakannya semuanya….”
    Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa dalam masalah ini terdapat 4 (empat) pendapat :
    Pertama, shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kota (ahlul amshaar / ahlul madinah) yang di tempat mereka diselenggarakan shalat Jumat. Sedang bagi orang yang datang dari kampung atau padang gurun (ahlul badaawi / ahlul ‘aaliyah), yang di tempatnya itu tidak dilaksanakan shalat Jumat, gugur kewajiban shalat Jumatnya. Jadi jika mereka –yakni orang yang datang dari kampung — telah shalat hari raya, boleh mereka terus pulang, tanpa mengikuti shalat Jumat. Inilah pendapat Imam Syafi’i. Ini pula pendapat Utsman dan Umar bin Abdul Aziz.
    Kedua, shalat Jumat wajib tetap ditunaikan, baik oleh penduduk kota yang ditempati shalat Jumat maupun oleh penduduk yang datang dari kampung. Ini pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik. Jadi, shalat Jumat tetap wajib dan tidak gugur dengan ditunaikannya shalat hari raya.
    Ketiga, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun bagi orang yang ditempati shalat Jumat. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Demikian pendapat Imam Ahmad.
    Keempat, zhuhur dan Jumat gugur sama-sama gugur kewajibannya pada hari itu. Jadi setelah shalat hari raya, tak ada lagi shalat sesudahnya selain shalat Ashar. Demikian pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Dikatakan, ini juga pendapat Ibnu Zubayr dan ‘Ali.
    2. Pendapat Yang Rajih
    Kami mendapatkan kesimpulan, bahwa pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, rahimahullah. Rincian hukumnya adalah sebagai berikut:
    Hukum Pertama, jika seseorang telah menunaikan shalat hari raya -yang jatuh bertepatan dengan hari Jumat- gugurlah kewajiban atasnya untuk menunaikan shalat Jumat. Dia boleh melaksanakan shalat Jumat dan boleh juga tidak.
    Hukum Kedua, bagi mereka yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut, lebih utama dan disunnahkan tetap melaksanakan shalat Jumat.
    Hukum Ketiga, jika orang yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut memilih untuk tidak menunaikan shalat Jumat, wajib melaksanakan shalat zhuhur, tidak boleh meninggalkan zhuhur.
    Hukum Keempat, mereka yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya untuk menunaikan shalat Jumat, tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat.
    Keterangan mengenai masing-masing hukum tersebut akan diuraikan pada poin berikutnya, Insya Allah.
    2.1. Keterangan Hukum Pertama
    Mengenai gugurnya kewajiban shalat Jumat bagi mereka yang sudah melaksanakan shalat hari raya, dalilnya adalah hadits-hadits Nabi SAW yang shahih, antara lain yang diriwayatkan dari Zayd bin Arqam RA bahwa dia berkata : “Nabi SAW melaksanakan shalat Ied (pada suatu hari Jumat) kemudian beliau memberikan rukhshah (kemudahan/keringanan) dalam shalat Jumat. Kemudian Nabi berkata,’Barangsiapa yang berkehendak (shalat Jumat), hendaklah dia shalat.” [Shallan nabiyyu shallallaahu 'alayhi wa sallama al 'iida tsumma rakhkhasha fil jumu'ati tsumma qaala man syaa-a an yushalliya falyushalli] (HR. Al Khamsah, kecuali At Tirmidzi. Hadits ini menurut Ibnu Khuzaimah, shahih).
    Diriwayatkan dari Abu Hurayrah RA bahwa Nabi SAW bersabda : “Sungguh telah berkumpul pada hari kalian ini dua hari raya. Maka barangsiapa berkehendak (shalat hari raya), cukuplah baginya shalat hari raya itu, tak perlu shalat Jumat lagi. Dan sesungguhnya kami akan mengerjakan Jumat.” [Qad ijtama'a fii yawmikum haadza 'iidaani, fa man syaa-a ajza-a-hu minal jumu'ati, wa innaa mujammi'uun] (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim juga meriwayatkan hadits ini dari sanad Abu Shalih, dan dalam isnadnya terdapat Baqiyah bin Walid, yang diperselisihkan ulama. Imam Ad Daruquthni menilai, hadits ini shahih. Ulama hadits lain menilainya hadits mursal).
    Hadits-hadits ini merupakan dalil bahwa shalat Jumat setelah shalat hari raya, menjadi rukhshah. Yakni, maksudnya shalat Jumat boleh dikerjakan dan boleh tidak. Pada hadits Zayd bin Arqam di atas (hadits pertama) Nabi SAW bersabda “tsumma rakhkhasha fi al jumu’ati” (kemudian Nabi memberikan rukhshash dalam [shalat] Jumat). Ini menunjukkan bahwa setelah shalat hari raya ditunaikan, shalat hari raya menjadi rukhshah (kemudahan/keringanan).
    Menurut Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, rukhshah adalah hukum yang disyariatkan untuk meringankan hukum azimah (hukum asal) karena adanya suatu udzur (halangan), disertai tetapnya hukum azimah namun hamba tidak diharuskan mengerjakan rukshshah itu.
    Jadi shalat Jumat pada saat hari raya, menjadi rukhshah, karena terdapat udzur berupa pelaksanaan shalat hari raya. Namun karena rukhshah itu tidak menghilangkan azimah sama sekali, maka shalat Jumat masih tetap disyariatkan, sehingga boleh dikerjakan dan boleh pula tidak dikerjakan. Hal ini diperkuat dan diperjelas dengan sabda Nabi dalam kelanjutan hadits Zayd bin Arqam di atas “man syaa-a an yushalliya falyushalli” (barangsiapa yang berkehendak [shalat Jumat], hendaklah dia shalat). Ini adalah manthuq (ungkapan tersurat) hadits. Mafhum mukhalafah (ungkapan tersirat) dari hadits itu -dalam hal ini berupa mafhum syarat, karena ada lafazh “man” sebagai syarat- adalah “barangsiapa yang tidak berkehendak shalat Jumat, maka tidak perlu shalat Jumat.”
    Kesimpulannya, orang yang telah menjalankan shalat hari raya, gugurlah kewajiban atasnya untuk menunaikan shalat Jumat. Dia boleh menunaikan shalat Jumat dan boleh juga tidak.
    Mungkin ada pertanyaan, apakah gugurnya shalat Jumat ini hanya untuk penduduk kampung/desa (ahlul badaawi / ahlul ‘aaliyah) –yang di tempat mereka tidak diselenggarakan shalat Jumat– sedang bagi penduduk kota (ahlul amshaar / ahlul madinah) —-yang di tempat mereka diselenggarakan shalat Jumat– tetap wajib shalat Jumat ?
    Yang lebih tepat menurut kami, gugurnya kewajiban shalat Jumat ini berlaku secara umum, baik untuk penduduk kampung/desa maupun penduduk kota. Yang demikian itu karena nash-nash hadits di atas bersifat umum, yaitu dengan adanya lafahz “man” (barangsiapa/siapa saja) yang mengandung arti umum, baik ia penduduk kampung maupun penduduk kota. Dan lafazh umum tetap dalam keumumannya selama tidak terdapat dalil yang mengkhususkannya. Dalam hal ini tidak ada dalil yang mengkhususkan (takhsis) keumumannya, maka tetaplah lafazh “man” dalam hadits-hadits di atas berlaku secara umum.
    2.2. Keterangan Hukum Kedua
    Bagi mereka yang sudah shalat hari raya, mana yang lebih utama (afdhal), menunaikan shalat Jumat ataukah meninggalkannya ? Pada dasarnya, antara azimah (hukum asal) dan rukhshah kedudukannya setara, tak ada yang lebih utama daripada yang lain, kecuali terdapat nash yang menjelaskan keutamaan salah satunya, baik keutamaan azimah maupun rukhshah.
    Namun dalam hal ini terdapat nash yang menunjukkan keutamaan shalat Jumat daripada meninggalkannya. Pada hadits Abu Hurayrah RA (hadits kedua) terdapat sabda Nabi “innaa mujammi’uun” (Dan sesungguhnya kami akan mengerjakan Jumat). Ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi SAW menjadikan shalat Jumat sebagai rukhshah, yakni boleh dikerjakan dan boleh tidak, akan tetapi Nabi Muhammad SAW faktanya tetap mengerjakan shalat Jumat. Hanya saja perbuatan Nabi SAW ini tidak wajib, sebab Nabi SAW sendiri telah membolehkan untuk tidak shalat Jumat. Jadi, perbuatan Nabi SAW itu sifatnya sunnah, tidak wajib.
    2.3. Keterangan Hukum Ketiga
    Jika orang yang sudah shalat hari raya memilih untuk meninggalkan shalat Jumat, wajibkah ia shalat zhuhur ? Jawabannya, dia wajib shalat zhuhur, tidak boleh meninggalkannya.
    Wajibnya shalat zhuhur itu, dikarenakan nash-nash hadits yang telah disebut di atas, hanya menggugurkan kewajiban shalat Jumat, tidak mencakup pengguguran kewajiban zhuhur. Padahal, kewajiban shalat zhuhur adalah kewajiban asal (al fadhu al ashli), sedang shalat Jumat adalah hukum pengganti (badal), bagi shalat zhuhur itu. Maka jika hukum pengganti (badal) -yaitu shalat Jumat- tidak dilaksanakan, kembalilah tuntutan syara’ kepada hukum asalnya, yaitu shalat zhuhur. Yang demikian itu adalah mengamalkan Istish-hab, yaitu kaidah hukum untuk menetapkan berlakunya hukum asal, selama tidak terdapat dalil yang mengecualikan atau mengubah berlakunya hukum asal.
    Dengan demikian, jika seseorang sudah shalat hari raya lalu memilih untuk meninggalkan shalat Jumat, maka ia wajib melaksanakan shalat zhuhur.
    2.4. Keterangan Hukum Keempat
    Mereka yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya untuk tetap menunaikan shalat Jumat. Tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat. Dengan kata lain, rukhshah untuk meninggalkan shalat Jumat ini khusus untuk mereka yang sudah melaksanakan shalat hari raya. Mereka yang tidak melaksanakan shalat hari raya, tidak mendapat rukhshah, sehingga konsekuensinya tetap wajib hukumnya shalat Jumat.
    Dalilnya adalah hadits Abu Hurayrah (hadits kedua) dimana Nabi SAW bersabda “fa man syaa-a, ajza-a-hu ‘anil jumu’ati” (Maka barangsiapa yang berkehendak [shalat hari raya], cukuplah baginya shalat hari raya itu, tak perlu shalat Jumat lagi). Ini adalah manthuq hadits. Mafhum mukhalafahnya, yakni orang yang tak melaksanakan shalat hari raya, ia tetap dituntut menjalankan shalat Jumat.
    Imam Ash Shan’ani dalam Subulus Salam ketika memberi syarah (penjelasan) terhadap hadits di atas berkata : “Hadits tersebut adalah dalil bahwa shalat Jumat -setelah ditunaikannya shalat hari raya– menjadi rukhshah. Boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Tetapi (rukhshah) itu khusus bagi orang yang menunaikan shalat Ied, tidak mencakup orang yang tidak menjalankan shalat Ied.”
    Jadi, orang yang tidak melaksanakan shalat hari raya, tidak termasuk yang dikecualikan dari keumuman nash yang mewajibkan shalat Jumat. Yang dikecualikan dari keumuman nash itu adalah yang telah shalat hari raya. Maka dari itu, orang yang tidak shalat hari raya, wajib atasnya shalat Jumat.
    3. Meninjau Pendapat Lain
    3.1. Pendapat Imam Syafi’i
    Pada dasarnya, Imam Syafii tetap mewajibkan shalat Jumat yang jatuh bertepatan pada hari raya. Namun beliau menetapkan kewajiban tersebut hanya berlaku bagi penduduk kota (ahlul madinah/ahlul amshaar). Adapun penduduk desa/kampung atau penduduk padang gurun (ahlul badawi) yang datang ke kota untuk shalat Ied (dan shalat Jumat), sementara di tempatnya tidak diselenggarakan shalat Jumat, maka mereka boleh tidak mengerjakan shalat Jumat.
    Sebenarnya Imam Syafi’i berpendapat seperti itu karena menurut beliau, hadits-hadits yang menerangkan gugurnya kewajiban shalat Jumat pada hari raya bukanlah hadits-hadits shahih. Sehingga beliau pun tidak mengamalkannya. Inilah dasar pendapat Imam Syafi’i. Menanggapi pendapat Imam Syafi’i tersebut, Imam Ash Shan’ani dalam Subulus Salam berkata : “Asy Syafi’i dan segolongan ulama berpendapat bahwa shalat Jumat tidak menjadi rukhshah. Mereka berargumen bahwa dalil kewajiban shalat Jumat bersifat umum untuk semua hari (baik hari raya maupun bukan). Sedang apa yang disebut dalam hadits-hadits dan atsar-atsar (yang menjadikan shalat Jumat sebagai rukhshah) tidaklah cukup kuat untuk menjadi takhsis (pengecualian) kewajiban shalat Jumat, sebab sanad-sanad hadits itu telah diperselisihkan oleh ulama. Saya (Ash Shan’ani) berkata,’Hadits Zayd bin Arqam telah dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah…maka hadits tersebut dapat menjadi takhsis (pengecualian)…”
    Dengan demikian, jelaslah bahwa Imam Syafi’i tidak menilai hadits Zayd bin Arqam tersebut sebagai hadits shahih, sehingga beliau tidak menjadikannya sebagai takhsis yang menggugurkan kewajiban shalat Jumat. Beliau kemudian berpegang kepada keumuman nash yang mewajibkan shalat Jumat pada semua hari (QS Al Jumu’ah ayat 9), baik hari raya maupun bukan. Tapi, Imam Ash Shan’ani menyatakan, bahwa hadits Zayd bin Arqam adalah shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
    Dalam hal ini patut kiranya ditegaskan, bahwa penolakan Imam Syafi’i terhadap hadits Zayd bin Arqam tidaklah mencegah kita untuk menerima hadits tersebut. Penolakan Imam Syafi’i terhadap hadits Zayd bin Arqam itu tidak berarti hadits tersebut –secara mutlak– tertolak (mardud). Sebab sudah menjadi suatu kewajaran dalam penilaian hadits, bahwa sebuah hadits bisa saja diterima oleh sebagian muhaddits, sedang muhaddits lain menolaknya. Dalam kaitan ini Imam Taqiyuddin An Nabhani dalam Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah Juz I berkata : “…(kita tidak boleh cepat-cepat menolak suatu hadits) hanya karena seorang ahli hadits tidak menerimanya, karena ada kemungkinan hadits itu diterima oleh ahli hadits yang lain. Kita juga tidak boleh menolak suatu hadits karena para ahli hadits menolaknya, karena ada kemungkinan hadits itu digunakan hujjah oleh para imam atau umumnya para fuqaha… “
    Maka dari itu, kendatipun hadits Zayd bin Arqam ditolak oleh Imam Syafi’i, tidak berarti kita tidak boleh menggunakan hadits tersebut sebagai dalil syar’i. Sebab faktanya ada ahli hadits lain yang menilainya sebagai hadits shahih, yakni Imam Ibnu Khuzaimah, sebagaimana penjelasan Imam Ash Shan’ani. Jadi, beristidlal dengan hadits Zayd bin Arqam tersebut tetap dibenarkan, sehingga hukum yang didasarkan pada hadits tersebut adalah tetap berstatus hukum syar’i.
    3.2. Pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah
    Imam Malik dan Abu Hanifah tetap mewajibkan shalat Jumat, baik bagi penduduk kota (ahlul madinah/ahlul amshaar), maupun penduduk desa/kampung atau penduduk padang gurun (ahlul badawi). Ibnu Rusyd menjelaskan argumentasi kedua Imam tersebut : “Imam Malik dan Abu Hanifah berkata, ‘Shalat hari raya adalah sunnah, sedang shalat Jumat adalah fardhu, dan salah satunya tidak dapat menggantikan yang lainnya. Inilah yang menjadi prinsip asal (al ashlu) dalam masalah ini, kecuali jika terdapat ketetapan syara’, maka wajib merujuk kepadanya…”
    Dari keterangan itu, nampak bahwa Imam Malik dan Abu Hanifah juga tidak menerima hadits-hadits yang menerangkan gugurnya shalat Jumat pada hari raya. Konsekuensinya, beliau berdua kemudian berpegang pada hukum asal masing-masing, yakni kesunnahan shalat Ied dan kewajiban shalat Jumat. Dasar pendapat mereka sebenarnya sama dengan pendapat Imam Syafi’i. Namun demikian, beliau berdua memberikan perkecualian, bahwa hukum asal tersebut dapat berubah, jika terdapat dalil syar’i yang menerangkannya.
    Atas dasar itu, karena terdapat hadits Zayd bin Arqam (yang shahih menurut Ibnu Khuzaimah) atau hadits Abu Hurayrah RA (yang shahih menurut Ad Daruquthni), maka sesungguhnya hadits-hadits tersebut dapat menjadi takhsis hukum asal shalat Jumat, yakni yang semula wajib kemudian menjadi rukhshah (tidak wajib).
    Dengan demikian, yang berlaku kemudian adalah hukum setelah ditakhsis, bukan hukum asalnya, yakni bahwa shalat Jumat itu menjadi rukhshah bagi mereka yang menunaikan shalat hari raya, dan statusnya menjadi tidak wajib. Inilah pendapat yang lebih tepat menurut kami.
    3.3. Pendapat ‘Atha bin Abi Rabah
    ‘Atha bin Abi Rabbah berpendapat bahwa jika hari Jumat bertepatan dengan hari raya, maka shalat Jumat dan zhuhur gugur semuanya. Tidak wajib shalat apa pun pada hari itu setelah shalat hari raya melainkan shalat ‘Ashar.
    Imam Ash’ani menjelaskan bahwa pendapat ‘Atha` tersebut didasarkan pada 3 (tiga) alasan, yaitu :
    Pertama, berdasarkan perbuatan sahabat Ibnu Zubayr RA sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud, bahwasanya : “Dua hari raya (hari raya dan hari Jumat) telah berkumpul pada satu hari yang sama. Lalu dia (Ibnu Zubayr) mengumpulkan keduanya dan melakukan shalat untuk keduanya sebanyak dua rakaat pada pagi hari. Dia tidak menambah atas dua rakaat itu sampai dia mengerjakan shalat Ashar.” ['Iidaani ijtama'aa fii yawmin waahidin, fajamma'ahumaa fashallahumaa rak'atayni bukratan lam yazid 'alayhaa hattaa shallal 'ashra]
    Kedua, shalat Jumat adalah hukum asal (al ashl) pada hari Jumat, sedang shalat zhuhur adalah hukum pengganti (al badal) bagi shalat Jumat. Maka dari itu, jika hukum asal telah gugur, otomatis gugur pulalah hukum penggantinya.
    Ketiga, yang zhahir dari hadits Zayd bin Arqam, bahwa Rasul SAW telah memberi rukhshah pada shalat Jumat. Namun Rasul SAW tidak memerintahkan untuk shalat zhuhur bagi orang yang tidak melaksanakan shalat Jumat.
    Demikianlah alasan pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Imam Ash Shan’ani tidak menerima pendapat tersebut dan telah membantahnya. Menurut beliau, bahwa setelah shalat hari raya Ibnu Zubayr tidak keluar dari rumahnya untuk shalat Jumat di masjid, tidaklah dapat dipastikan bahwa Ibnu Zubayr tidak shalat zhuhur. Sebab ada kemungkinan (ihtimal) bahwa Ibnu Zubayr shalat zhuhur di rumahnya. Yang dapat dipastikan, kata Imam Ash Shan’ani, shalat yang tidak dikerjakan Ibnu Zubayr itu adalah shalat Jumat, bukannya shalat zhuhur.
    Untuk alasan kedua dan ketiga, Imam Ash Shan’ani menerangkan bahwa tidaklah benar bahwa shalat Jumat adalah hukum asal (al ashl) sedang shalat zhuhur adalah hukum pengganti (al badal). Yang benar, justru sebaliknya, yaitu shalat zhuhur adalah hukum asal, sedang shalat Jumat merupakan penggantinya. Sebab, kewajiban shalat zhuhur ditetapkan lebih dahulu daripada shalat Jumat. Shalat zhuhur ditetapkan kewajibannya pada malam Isra’ Mi’raj, sedang kewajiban shalat Jumat ditetapkan lebih belakangan waktunya (muta`akhkhir). Maka yang benar, shalat zhuhur adalah hukum asal, sedang shalat Jumat adalah penggantinya. Jadi jika shalat Jumat tidak dilaksanakan, maka wajiblah kembali pada hukum asal, yakni mengerjakan shalat zhuhur.
    4. Kesimpulan
    Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika hari raya bertepatan dengan hari Jumat, hukumnya adalah sebagai berikut :
    Pertama, jika seseorang telah menunaikan shalat hari raya (Ied), gugurlah kewajiban shalat Jumat atasnya. Dia boleh melaksanakan shalat Jumat dan boleh juga tidak. Namun, disunnahkan baginya tetap melaksanakan shalat Jumat.
    Kedua, jika orang yang telah menunaikan shalat hari raya tersebut memilih untuk tidak menunaikan shalat Jumat, wajib atasnya melaksanakan shalat zhuhur. Tidak boleh dia meninggalkan zhuhur.
    Ketiga, adapun orang yang pada pagi harinya tidak melaksanakan shalat hari raya, wajib atasnya shalat Jumat. Tidak dibenarkan baginya untuk meninggalkan shalat Jumat. Tidak boleh pula dia melaksanakan shalat zhuhur.
    Demikianlah hasil pentarjihan kami untuk masalah ini sesuai dalil-dalil syar’i yang ada. Wallahu a’lam.
    DAFTAR PUSTAKA
    Abdullah, Muhammad Husain. 1995. Al Wadhih fi Ushul Al Fiqh. Cetakan Kedua. Beirut : Darul Bayariq. 417 hal.
    Ad Dimasyqi, Muhammad bin Abdurrahman Asy Syafi’i. 1993. Rohmatul Ummah (Rahmatul Ummah Fi Ikhtilafil A`immah). Terjemahan oleh Sarmin Syukur dan Luluk Rodliyah. Cetakan Pertama. Surabaya : Al Ikhlas. 554 hal.
    Ash Shan’ani, Muhammad bin Ismail Al Kahlani. Tanpa Tahun. Subulus Salam. Juz II. Bandung : Maktabah Dahlan. 224 hal.
    Ash Shiddieqi, T.M. Hasbi. 1981. Koleksi Hadits Hukum (Al Ahkamun Nabawiyah). Jilid IV. Cetakan Kedua. Bandung : PT. Alma’arif. 379 hal.
    An Nabhani, Taqiyuddin. 1953. Asy Syakhshiyah Al Islamiyah. Juz Ketiga (Ushul Fiqh). Cetakan Kedua. Al Quds : Min Mansyurat Hizb Al Tahrir. 492 hal.
    ———-. 1994. Asy Syakhshiyah Al Islamiyah. Juz Pertama. Cetakan Keempat. Beirut : Darul Ummah. 407 hal.
    Ibnu Khalil, ‘Atha`. 2000. Taisir Al Wushul Ila Al Ushul. Cetakan Ketiga. Beirut : Darul Ummah. 310 hal.
    Ibnu Rusyd. 1995. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Juz I. Beirut : Daarul Fikr. 399 hal.
    Raghib, Ali. 1991. Ahkamush Shalat. Cetakan Pertama. Beirut : Daar An Nahdhah Al Islamiyah.132 hal.
    Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah (Fiqhus Sunnah). Jilid 2. Cetakan Ketujuhbelas. Terjemahan oleh Mahyuddin Syaf. Bandung : PT. Al Ma’arif. 229 hal
    Syirbasyi, Ahmad. 1987. Himpunan Fatwa (Yas`alunaka fi Ad Din wa Al Hayah). Terjemahan oleh Husein Bahreisj. Cetakan Pertama. Surabaya : Al Ikhlas. 598 hal.
    [sumber: khilafah1924]